Hari Minggu (10/1) akhir pekan lalu, masjid-masjid di Prancis membuka pintu mereka terhadap non-Muslim dalam upaya mendorong integrasi dan mematahkan stereotip negatif terhadap umat Islam. Acara tersebut dilakukan menandai satu tahunnya serangan di kantor Charlie Hebdo yang terjadi pada 7 Januari 2015 lewat.
Upaya tersebut dipuji sebagai langkah pertama dalam mematahkan ketakutan masyarakat atas tuduhan negatif terhadap umat Islam, khususnya di Paris.
Para pengunjung dari semua latar belakang agama datang dan memasuki masjid. Setidaknya ada 2.400 orang berkunjung ke masjid di kota Paris hingga Toulouse. Para wisatawan dapat mengunjungi masjid, berbicara dan bertemu dengan kaum Muslimin sambil minum teh dan makanan ringan.
Acara tersebut digelar menandai peringatan satu tahun serangan di kantor Charlie Hebdo dan supermarket Yahudi yang menewaskan 17 orang.
Seorang peneliti di Toulouse 1 University Capitole, Rim-Sarah Alouane, mengatakan kepada Aljazeera, Minggu (10/1), selama ini Muslim tak hanya jadi target pemerintah tapi juga kelompok sayap kanan ekstrem. Selain itu, sentimen anti-Muslim juga terus berkembang.
Acara pembukaan masjid untuk umum tersebut, menurutnya, sangat baik untuk menunjukkan bahwa Muslim bersedia merangkul dan menjunjung perdamaian.
Saat rencana program tersebut diumumkan pada Desember lalu, Presiden CFCM Anouar Kbibech mengatakan acara ini bertujuan mengatasi rasa ketidakpercayaan dan kecurigaan terhadap Muslim. Ia berharap di 2016 semua warga negara dari semua agama dan mereka yang tidak beragama dapat berkerjasama menuju persatuan.
Ada sekitar 5,5 juta hingga 6,2 juta Muslim di Prancis, atau sekitar 7,6 persen dari total penduduk.
Yasser Louati, juru bicara Kelompok Penentang Islamofobia (CCIF) di Prancis, mengatakan bahwa acara tersebut harus sering dilakukan dengan lebih baik lagi agar masyarakat semakin mengetahui kebenaran tentang Islam.
Sumber: yesmuslim.blogspot.com
0 komentar:
Posting Komentar