Dalam Al Qur’an banyak ditemukan firman Allah yang memerintahkan kita untuk bersedekah serta membelajakan sebagian harta kita dijalan kebaikan. Tetapi sayang kebanyakan kita tak menghiraukan perintah itu. Kita takut bila bersedekah bakal kurangi jumlah harta kita. Sifat kikir serta tamak mendorong kita untuk malas membayar zakat, infak serta sedekah. Walau sebenarnya manfaat sedekah ini sesungguhnya bakal kembali pada diri kita juga.
Allah melipat gandakan pahala sedekah hingga 700 kali lipat, seperti dijelaskan dalam Al Qur’an surat al Baqarah ayat 261 :
Kisah nyata :
DIABETES HILANG MEMORI KEMBALI KARENA SEDEKAH
Apa sih amalan spesial yang anda lakukan, hingga Allah SWT memberi pertolongan serta perlindungan kepadamu sedemikian rupa? ”. Demikian pertanyaan beberapa kerabat yang menjenguk saya, sepulang saya dari Rumah Sakit.
Saya maklum. Bahkan saya sendiri juga heran, lantaran amal beribadah saya biasa saja. Tidak ada yang istimewa pada diri saya. Namun alhamdulillah, diluar dugaan suatu kecelakaan dahsyat ternyata tak sampai berakibat fatal pada diri saya. Bahkan juga, diabetes saya pulih sesudahnya.
Ceritanya begini. Saya ini seorang staf penjualan di suatu perusahaan asing di Surabaya. Tempat tinggal saya di Malang. Jadi, sehari-hari kerja saya pergi-pulang rute Malang-Surabaya.
Pada 10 Desember 2010, selesai shalat Jum’at saya mengemudi mobil dari Surabaya menuju Malang.
Sore ini saya ada janji dengan salah satu customer di Kota Apel. Rencana saya, sesudah menemui customer ini, bisa langsung pulang.
Kurang lebih jam 15. 30 WIB saya sampai di Purwosari, sejarak 15 km saat sebelum kota Malang. Spot itu di kenal juga sebagai jalur riskan kecelakaan.
Hingga di suatu putaran balik, mendadak suatu truk dari arah Malang nyelonong menghajar mobil saya. Braaakkk! Tabrakan “adu kebo” tidak terhindarkan.
Terakhir saya baru tahu, truk ini remnya blong. Si sopir tidak berhasil hentikan laju kendaraannya di jalan yang menurun. Mau banting stir kiri, dalamnya jurang serta sungai menganga. Sedang bila banting stir ke kanan, bakal menghajar separator jalan. Jadi sopir truk ini banting stir ke kanan pas di suatu ruas putaran balik, persis saat saya melintas di situ.
Saat sebelum semuanya gelap, saya pernah memberi nomer kontak kantor serta keluarga pada polisi untuk dikabari.
Saat sadar, saya telah ada di RS Saiful Anwar Malang. Luka yang saya alami cukup parah ; Tengkorak muka remuk serta ke-2 tulang tangan kanan saya patah sama sekali.
Di Rumah sakit, saya ditangani dokter spesialis syaraf yakni Dr. Widodo, dengan tim medis yang terdiri 7 dokter syaraf, bedah syaraf, bedah tulang, bedah kosmetik, internist, mata, serta dokter THT.
Saat sebelum kecelakaan, saya telah menderita diabetes. Jadi, saya tak dapat segera dioperasi untuk melakukan perbaikan tulang-tulang tengkorak muka serta lengan. Karena, kata dokter, kandungan gula darah saya masih tetap tinggi sehingga harus diturunkan serta distabilkan dahulu.
Sepekan lalu, pada 17 Desember 2010, pada akhirnya dokter memutuskan saya dapat melakukan operasi bedah tulang serta kosmetik. Dua hari mendekati operasi, istri saya berkeliling rumah sakit dan pasar di dekat situ untuk bersedekah. Dia bagikan duit pada beberapa orang tua serta beberapa pasien di IRD yg tidak mempunyai biaya untuk berobat, sembari meminta doa untuk kesembuhan saya.
Satu hari jelang operasi, tulang tengkorak wajah saya difoto rontgen oleh dokter bedah plastik. Akhirnya, Subhanallah, Allahuakbar, nyaris semua tengkorak muka saya telah tersambung kembali dengan sendirinya! Hingga menurut dokter, cuma dibutuhkan pemasangan satu pen di pipi kanan saya.
Untuk tulang lengan saya yang patah, tetap masih mesti dioperasi untuk menempatkan pen.
Sesudah kesadaran saya lebih baik, saya ditangani oleh dokter syaraf. Saat di check olehnya, saya tak mampu lakukan beberapa gerakan simpel seperti memegang telinga kiri dengan tangan kanan, menulis satu kalimat simpel, membedakan bentuk-bentuk simpel seperti bola, kubus, piramid, dan sebagainya.
Bahkan, saya tak dapat mengingat nama benda-benda di sekitar saya!
Dengan hasil pemerikasaan seperti ini, dokter syaraf menyampaikan berita seram pada istri saya, bahwa saya bakal kehilangan 50% memori ingatan saya. Serta, biasanya perlu beberapa bln. perawatan untuk memulihkannya.
Tetapi, baru 2 minggu melakukan rawat inap, saya telah bisa pulang. Keadaan saya secara umum telah baik, walaupun memori otak saya belum 100% sembuh.
Kenyataan itu benar-benar mengherankan dokter syaraf yang menangani saya. Karena, katanya, dia pernah mempunyai pasien yang kondisinya serupa saya serta mesti dirawat di RS hingga 7 bln. lamanya.
Rawat jalan dirumah, saya masih belum dapat mengingat beberapa nama benda di sekitar saya. Secara berkala, saya tetap masih mesti periksa ke dokter, terlebih untuk kesehatan syaraf serta internist.
Alhamdulillah, sekitar 2 bln. dirumah, memori saya terus membaik. Serta yang luar biasa lagi, menurut dokter internist yang mengatasi saya, diabetes saya dinyatakan pulih! Allahuakbar!
Untuk mengatasi sakit kepala serta pusing (vertigo), saya juga berobat dengan akupunktur (tusuk jarum). Penyembuhan alternatif itu cukup efisien, hingga rasa sakit terus berkurang.
Menjawab keheranan tim medis ataupun sanak-saudara yang membesuk atas “keajaiban” kesembuhan saya, terus terang saya juga belum temukan jawaban yang pas.
Tetapi sesudah merenungi semuanya, jawaban atas keajaiban ini tidak lain yaitu sedekah. Baik yang dikerjakan istri saya saat dirumah sakit, ataupun yang saya kerjakan saat sebelum kecelakaan.
Ya, dua hari saat sebelum ditabrak truk, saya mengajak anak-anak penghuni Panti Bimbingan Nurul Hayat Malang makan di suatu resto fasfood dari Amerika. Sebelumnya, mereka juga pernah saya traktir makan di suatu resto makanan Italia.
Bukan apa-apa, saya sebatas mau memberi pengalaman mereka makan dirumah makan waralaba mancanegara. Sehingga, walau tinggal di asrama yatim-piatu, mereka dapat “mengimbangi” cerita pengalaman sama rekan-rekan mereka dari keluarga mampu.
Duh, begitu bahagia saya melihat binar bahagia di muka mereka ketika makan di resto itu. Saya meyakini, ini jadi pengalaman luar biasa dalam kehidupan mereka.
Jadi saat saya memperoleh musibah kecelakaan, doa mereka selesai shalat fardhu serta tahajud terpanjatkan untuk kesembuhan saya. Begitulah yang saya dengar dari pengasuh mereka.
Sebagai tanda rasa terima kasih sekaligus syukuran, sesudah lumayan pulih saya ajak mereka makan di suatu resto fastfood yang lain lagi.
Agar lebih komplitlah pengalaman anak-anak dhuafa itu.
Dari pengalaman itu, saat ini saya hampir tidak berpikir panjang untuk bersedekah pada beberapa orang yang membutuhkan. Pasti, juga diiringi dengan tingkatkan amal beribadah yang lain seperti shalat fardhu tepat waktu serta berjamaah, shalat rawatib, dhuha, tahajud, taubat, hajat, puasa sunnah, dan lain-lain.
Sesuai sama wasiat Ustadz Yusuf Mansur, bersedekah seperti menanam bibit tetumbuhan. Supaya bibit tumbuh subur serta berbuah manis, mesti rajin dirawat, dipupuk, serta disirami. begitu juga dengan sedekah, yang harus dilengkapi dengan amalan-amalan ibadah sunah.
0 komentar:
Posting Komentar