Selama ini kita sering melihat video Kakbah dan Masjidil Haram.
Bagi yang pernah berhaji atau berumrah, bahkan telah melihat Kakbah secara langsung.
Namun bagaimana dalamnya ka’bah tidak banyak yang tahu dan tidak sembarang orang bisa memasukinya.
Arab Saudi memiliki agenda rutin –konon setahun dua kali- untuk membersihkan dan merapikan bagian dalam Kakbah. Terakhir, dilakukan di akhir pekan lalu.
Raja Arab Saudi, Salman bin Abdul Aziz langsung memimpin acara tersebut didampingi oleh Imam Masjidil Haram, Syaikh Abdurrahman As Sudais.
Beruntung, agenda tersebut diabadikan oleh Televisi Nasional Saudi dan disebarkan pula melalui video sehingga umat Islam bisa mengetahui serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh Raja Salman di dalam Kakbah.
Mulai dari shalat sunnah di dalam Kakbah setelah memasukinya, kemudian berdoa dan diakhiri dengan membersihkan dinding dalam Kakbah.
Sejarah Perkembangan Kakbah
Kakbah yang juga dinamakan Bayt al 'Atiq (Arab: بيت العتيق, Rumah Tua) adalah bangunan yang dipugar pada masa Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail setelah Nabi Ismail berada di Mekkah atas perintah Allah Swt.
Dalam Alquran, surah 14:37 tersirat bahwa situs suci Kakbah telah ada sewaktu Nabi Ibrahim menempatkan Hajar dan bayi Ismail di lokasi tersebut.
Pada masa Nabi Muhammad Saw berusia 30 tahun (sekitar 600 M dan belum diangkat menjadi rasul pada saat itu), bangunan ini direnovasi kembali akibat banjir bandang yang melanda kota Mekkah pada saat itu.
Sempat terjadi perselisihan antar kepala suku atau kabilah ketika hendak meletakkan kembali batu Hajar Aswad pada salah satu sudut Kakbah, namun berkat penyelesaian Muhammad Saw perselisihan itu berhasil diselesaikan tanpa pertumpahan darah dan tanpa ada pihak yang dirugikan.
Pada saat menjelang Muhammad Saw diangkat menjadi nabi sampai kepindahannya ke kota Madinah, bangunan Kakbah yang semula rumah ibadah agama monotheisme (tauhid) ajaran Nabi Ibrahim telah berubah menjadi kuil pemujaan bangsa Arab yang di dalamnya diletakkan sekitar 360 berhala/patung yang merupakan perwujudan tuhan-tuhan politheisme bangsa Arab ketika masa kegelapan pemikiran (jahilliyah) padahal sebagaimana ajaran Nabi Ibrahim yang merupakan nenek moyang bangsa Arab dan bangsa Yahudi serta ajaran Nabi Musa terhadap kaum Yahudi.
Allah Sang Maha Pencipta tidak boleh dipersekutukan dan disembah bersamaan dengan benda atau makhluk apapun jua dan tidak memiliki perantara untuk menyembah-Nya serta tunggal tidak ada yang menyerupai-Nya dan tidak beranak dan tidak diperanakkan (Surah Alikhlas dalam Alquran).
Kakbah akhirnya dibersihkan dari patung-patung agama politheisme ketika Nabi Muhammad Saw membebaskan kota Mekkah tanpa pertumpahan darah dan dikembalikan sebagai rumah ibadah agama tauhid (Islam).
Selanjutnya bangunan ini diurus dan dipelihara oleh Bani Sya'ibah sebagai pemegang kunci kakbah dan administrasi serta pelayanan haji diatur oleh pemerintahan baik pemerintahan khalifah Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Muawiyah bin Abu Sufyan, Dinasti Ummayyah, Dinasti Abbasiyyah, Dinasti Usmaniyah Turki, sampai saat ini yakni pemerintah kerajaan Arab Saudi yang bertindak sebagai pelayan dua kota suci, Mekkah dan Madinah.(tarbiyah.net/wikipedia.org)
0 komentar:
Posting Komentar